You Are Reading
0
Cara Menanamkan Adab Bicara pada Anak
Menanamkan adab berbicara harus dimulai sedini mungkin, karena berkait dengan kebiasaan. Sebaliknya, membiarkan kebiasaan buruk itu ada pada anak-anak akan menjadi sebuah karakter yang sulit diubah. Berikut tips umum untuk menanamkan adab bicara pada anak.
Pertama: tanamkan akidah yang kuat. Akidah yang kokoh akan menanamkan keyakinan bahwa sebagai hamba Allah kita wajib mengikuti semua aturan-Nya. Salah satu aturan tersebut adalah akhlak dalam berbicara (menjaga lisan). Melalui pendekatan ini, akan tertanam sikap keikhlasan melaksanakan akhlak tersebut semata-mata karena Allah SWT. Sedini mungkin anak harus mulai belajar melaksanakan kebaikan dalam berbicara, bukan untuk mengharapkan imbalan materi, atau pujian orang lain. Sikap ini juga akan memberi imunitas yang tinggi manakala ia terancam oleh lingkungan yang kurang baik.
Kedua: ajarkan keteladan Rasulullah saw. dalam berbicara. Beberapa contoh keteladanan Rasul di antaranya: selalu menyatakan kebenaran; tidak berdusta; jujur dalam perkataan; berbicara dengan lemah lembut, apalagi kepada orangtua; tidak banyak bicara, dsb. Semuanya menunjukkan betapa berharganya nilai berbicara itu.
Ketiga: jangan bosan memberi keteladanan. Anak akan meniru kebiasaan berbicara lingkungannya. Oleh karena itu, sebaiknya orangtua dan seluruh penghuni rumah menjaga lisannya. Keteladanan juga akan memberikan lingkungan yang baik bagi anak sehingga anak akan lebih mudah menemukan pola kebiasaan berbicara yang baik.
Keempat: biasakan mengucapkan kalimat thayyibah. Dengan kebiasaan ini, anak tidak punya kesempatan untuk mengatakan kata-kata kotor dan sia-sia. Di antara kalimat thayyibah yang biasa diajarkan, misalnya, kalimat bismillah untuk memulai setiap perbuatan baik, astaghfirullah bila anak melakukan kesalahan, subhanallah bila melihat pemandangan yang bagus, masya Allah jika mendapatkan sesuatu yang menakjubkan, inna lillahi jika mendapatkan musibah dan sebagainya. Membiasakan hal ini kepada anak sekaligus juga untuk menghindari kebiasaan latah yang sia-sia. Tanamkan pula bahwa mengatakan kalimah thayyibah jauh lebih baik dan berpahala dibandingkan kata-kata sumpah serapah seperti gila!, busyet!, monyet!, dasar bodoh!, dsb. Selain kalimat thayyibah, biasakanlah sejak kecil anak mengungkapkan kata-kata sopan dalam berinteraksi; misalnya terimakasih atau jazakallah, maaf, tolong, permisi, dan sejenisnya.
Kelima: jauhkan anak dari lingkungan yang tidak baik. Tidak diterapkanya sistem Islam memang memaksa keluarga Muslim untuk ekstra hati-hati menjaga buah hatinya. Meski di rumah sudah terbentuk kebiasaan berbicara yang baik, di luar rumah belum tentu. Padahal anak-anak secara alami juga membutuhkan ‘dunia luar’ untuk belajar dan bersosialisasi. Oleh karena itu, orangtua, khususnya ibu, harus bisa mengarahkan dengan siapa sebaiknya anak kita bermain. Jauhkan anak dari berteman dekat dengan anak-anak yang punya kebiasaan berbicara yang buruk. Berikanlah penjelasan yang bijak kepada anak sehingga anak tidak protes mengapa harus memilih-milih teman.
Orangtua juga harus selektif memilihkan program tayangan media. Jangan biarkan anak-anak menonton film orang dewasa apalagi beradegan kekerasan dan sering melontarkan kata-kata kasar. Sebaliknya, berikan tontonan edukatif yang merangsang anak melakukan kebiasaan berbicara yang baik. Jika terpaksa si anak kedapatan mendengar kata-kata kotor dari media, maka tugas orangtua adalah menjelaskan hakikat kata-kata kotor tersebut dan mengajaknya untuk menjauhinya.
Keenam: bijak dalam memberi peringatan atau nasihat. Bila anak mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan syariah, maka orangtua berkewajiban menasihatinya. Selayaknya orangtua bersikap bijak dengan menghindari olok-olok saat menasihati. Selain kata-kata itu bisa menjadi doa bagi anak, sebenarnya pada saat itu orangtua tengah mengajarkan jenis perkataan buruk kepada anaknya. Nasihat yang benar seharusnya juga disertai dengan penjelasan dalil syariah, terutama bagi anak yang sudah mulai besar. Ini penting untuk memunculkan sikap bersalah karena sudah melanggar ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Diharapkan anak tidak mengulangi-nya di lain waktu.
Ketujuh: menciptakan lingkungan sekitar rumah yang selalu menjaga lisan. Di antaranya adalah dengan tidak membiarkan anak tetangga yang mempunyai kebiasaan berkata buruk hingga mereka meninggalkan kebiasaannya. Kesalahan yang sering terjadi di masyarakat saat ini adalah menyerahkan pendidikan akhlak anak tetangga kepada ibunya sendiri. Padahal jika keburukan nyata-nyata ada di depan mata, maka amar makruf nahi mungkar kepada anak tetangga tentu menjadi kewajiban kita. Hanya saja, harus dicari metode yang baik agar tidak menyulut konflik antartetangga. Inilah yang dimaksud kontrol sosial yang harus ada untuk menjaga pelaksanaan syariah Islam.
Penutup
Sesungguhnya anak dapat memiliki adab bicara sesuai syariah bila mendapat bimbingan yang mumpuni dari orangtuanya. Meski tidak mudah, semua itu dapat tewujud dengan kesungguhan dan tanggung jawab yang besar dari orangtua.
Selain itu, sebagaimana kita ketahui, buruknya kebiasaan berbicara pada anak tidak lepas dari kesalahan pola asuh orangtua, lingkungan yang tidak islami, juga sistem pendidikan yang kurang menekankan pelaksanaan syariah secara kaffah, termasuk dalam perkara akhlak. Oleh karena itu, upaya penanaman adab berbicara pada anak juga harus dibarengi dengan upaya memperjuangkan syariah dan Khilafah. Dengan demikian, upaya orangtua mengemban amanah pendidikan anaknya akan selangkah lebih mudah. WalLahu a’lam bi ash-shawab. [www.baitijannati.wordpress.com]
Sumber : Majalah Al Waie edisi Maret 2011
gerhana mentari putri
Sabtu, 19 Maret 2011
Cara Menanamkan Adab Bicara pada Anak
Menanamkan adab berbicara harus dimulai sedini mungkin, karena berkait dengan kebiasaan. Sebaliknya, membiarkan kebiasaan buruk itu ada pada anak-anak akan menjadi sebuah karakter yang sulit diubah. Berikut tips umum untuk menanamkan adab bicara pada anak.
Pertama: tanamkan akidah yang kuat. Akidah yang kokoh akan menanamkan keyakinan bahwa sebagai hamba Allah kita wajib mengikuti semua aturan-Nya. Salah satu aturan tersebut adalah akhlak dalam berbicara (menjaga lisan). Melalui pendekatan ini, akan tertanam sikap keikhlasan melaksanakan akhlak tersebut semata-mata karena Allah SWT. Sedini mungkin anak harus mulai belajar melaksanakan kebaikan dalam berbicara, bukan untuk mengharapkan imbalan materi, atau pujian orang lain. Sikap ini juga akan memberi imunitas yang tinggi manakala ia terancam oleh lingkungan yang kurang baik.
Kedua: ajarkan keteladan Rasulullah saw. dalam berbicara. Beberapa contoh keteladanan Rasul di antaranya: selalu menyatakan kebenaran; tidak berdusta; jujur dalam perkataan; berbicara dengan lemah lembut, apalagi kepada orangtua; tidak banyak bicara, dsb. Semuanya menunjukkan betapa berharganya nilai berbicara itu.
Ketiga: jangan bosan memberi keteladanan. Anak akan meniru kebiasaan berbicara lingkungannya. Oleh karena itu, sebaiknya orangtua dan seluruh penghuni rumah menjaga lisannya. Keteladanan juga akan memberikan lingkungan yang baik bagi anak sehingga anak akan lebih mudah menemukan pola kebiasaan berbicara yang baik.
Keempat: biasakan mengucapkan kalimat thayyibah. Dengan kebiasaan ini, anak tidak punya kesempatan untuk mengatakan kata-kata kotor dan sia-sia. Di antara kalimat thayyibah yang biasa diajarkan, misalnya, kalimat bismillah untuk memulai setiap perbuatan baik, astaghfirullah bila anak melakukan kesalahan, subhanallah bila melihat pemandangan yang bagus, masya Allah jika mendapatkan sesuatu yang menakjubkan, inna lillahi jika mendapatkan musibah dan sebagainya. Membiasakan hal ini kepada anak sekaligus juga untuk menghindari kebiasaan latah yang sia-sia. Tanamkan pula bahwa mengatakan kalimah thayyibah jauh lebih baik dan berpahala dibandingkan kata-kata sumpah serapah seperti gila!, busyet!, monyet!, dasar bodoh!, dsb. Selain kalimat thayyibah, biasakanlah sejak kecil anak mengungkapkan kata-kata sopan dalam berinteraksi; misalnya terimakasih atau jazakallah, maaf, tolong, permisi, dan sejenisnya.
Kelima: jauhkan anak dari lingkungan yang tidak baik. Tidak diterapkanya sistem Islam memang memaksa keluarga Muslim untuk ekstra hati-hati menjaga buah hatinya. Meski di rumah sudah terbentuk kebiasaan berbicara yang baik, di luar rumah belum tentu. Padahal anak-anak secara alami juga membutuhkan ‘dunia luar’ untuk belajar dan bersosialisasi. Oleh karena itu, orangtua, khususnya ibu, harus bisa mengarahkan dengan siapa sebaiknya anak kita bermain. Jauhkan anak dari berteman dekat dengan anak-anak yang punya kebiasaan berbicara yang buruk. Berikanlah penjelasan yang bijak kepada anak sehingga anak tidak protes mengapa harus memilih-milih teman.
Orangtua juga harus selektif memilihkan program tayangan media. Jangan biarkan anak-anak menonton film orang dewasa apalagi beradegan kekerasan dan sering melontarkan kata-kata kasar. Sebaliknya, berikan tontonan edukatif yang merangsang anak melakukan kebiasaan berbicara yang baik. Jika terpaksa si anak kedapatan mendengar kata-kata kotor dari media, maka tugas orangtua adalah menjelaskan hakikat kata-kata kotor tersebut dan mengajaknya untuk menjauhinya.
Keenam: bijak dalam memberi peringatan atau nasihat. Bila anak mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan syariah, maka orangtua berkewajiban menasihatinya. Selayaknya orangtua bersikap bijak dengan menghindari olok-olok saat menasihati. Selain kata-kata itu bisa menjadi doa bagi anak, sebenarnya pada saat itu orangtua tengah mengajarkan jenis perkataan buruk kepada anaknya. Nasihat yang benar seharusnya juga disertai dengan penjelasan dalil syariah, terutama bagi anak yang sudah mulai besar. Ini penting untuk memunculkan sikap bersalah karena sudah melanggar ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Diharapkan anak tidak mengulangi-nya di lain waktu.
Ketujuh: menciptakan lingkungan sekitar rumah yang selalu menjaga lisan. Di antaranya adalah dengan tidak membiarkan anak tetangga yang mempunyai kebiasaan berkata buruk hingga mereka meninggalkan kebiasaannya. Kesalahan yang sering terjadi di masyarakat saat ini adalah menyerahkan pendidikan akhlak anak tetangga kepada ibunya sendiri. Padahal jika keburukan nyata-nyata ada di depan mata, maka amar makruf nahi mungkar kepada anak tetangga tentu menjadi kewajiban kita. Hanya saja, harus dicari metode yang baik agar tidak menyulut konflik antartetangga. Inilah yang dimaksud kontrol sosial yang harus ada untuk menjaga pelaksanaan syariah Islam.
Penutup
Sesungguhnya anak dapat memiliki adab bicara sesuai syariah bila mendapat bimbingan yang mumpuni dari orangtuanya. Meski tidak mudah, semua itu dapat tewujud dengan kesungguhan dan tanggung jawab yang besar dari orangtua.
Selain itu, sebagaimana kita ketahui, buruknya kebiasaan berbicara pada anak tidak lepas dari kesalahan pola asuh orangtua, lingkungan yang tidak islami, juga sistem pendidikan yang kurang menekankan pelaksanaan syariah secara kaffah, termasuk dalam perkara akhlak. Oleh karena itu, upaya penanaman adab berbicara pada anak juga harus dibarengi dengan upaya memperjuangkan syariah dan Khilafah. Dengan demikian, upaya orangtua mengemban amanah pendidikan anaknya akan selangkah lebih mudah. WalLahu a’lam bi ash-shawab. [www.baitijannati.wordpress.com]
Sumber : Majalah Al Waie edisi Maret 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me
- gerhana mentari putri
- kuningan, Jawa Barat, Indonesia
- sedikit jutek,,,tapi sopan
Blog Archive
Terapi Berfikir Positif
karya : Dr. Ibrahim Elfiky ( Maestro Motivator Muslim Dunia )
Penerbit : Zaman / www.penerbitzaman.com
Apa yang anda alami hari ini adalah dampak dari pikiran anda kemarin. apa yang akan anda alami esok hari adalah dampak dari pikiran anda hari ini. pikiran yang sedang anda bayangkan saat ini sedang menciptakan kehidupan masa depan anda.
anda berfikir bisa atau tidak bisa, dua-duanya akan benar. Bila anda berfikir bisa, insya Allah anda bisa. tetapi bila anda berfikir tidak bisa, insya Allah anda tidak bisa.
tak akan ada yang dapat menghentikan orang yang bermental positif untuk mencapai tujuannya. sebaliknya, tak ada satu pun di dunia ini yang dapat membantu seseorang yang sudah bermental negatif.
Penerbit : Zaman / www.penerbitzaman.com
Apa yang anda alami hari ini adalah dampak dari pikiran anda kemarin. apa yang akan anda alami esok hari adalah dampak dari pikiran anda hari ini. pikiran yang sedang anda bayangkan saat ini sedang menciptakan kehidupan masa depan anda.
anda berfikir bisa atau tidak bisa, dua-duanya akan benar. Bila anda berfikir bisa, insya Allah anda bisa. tetapi bila anda berfikir tidak bisa, insya Allah anda tidak bisa.
tak akan ada yang dapat menghentikan orang yang bermental positif untuk mencapai tujuannya. sebaliknya, tak ada satu pun di dunia ini yang dapat membantu seseorang yang sudah bermental negatif.
Download
Recent Posts
div class='widget-content'>
BTricks
BThemes
DI DUKUNG OLEH
ARSIP
-
▼
2009
(10)
-
▼
Desember
(9)
- Resep Kecantikan Muslimah
- 3 resep kecantikan dari buah
- 8 resep rahasia kecantikan wanita dari belahan dun...
- 9 kesalahan dalam merawat kecantikan
- Secantik Aisyah
- Tips cantik dalam sekejap Mandi untuk Kecantikan...
- Rahasia Kecantika Wanita Didunia
- Rahasia Cantik Islami
- Sebuah Rumus Tentang Kecantikan Wanita
-
▼
Desember
(9)
Adsense Indonesia
100% gratis
Pesan Sponsor
Tulisan Teratas
kalenderku
Zodiac clock widget by Widgia
Diberdayakan oleh Blogger.
Sample Links
Sample Links
Sample Links
Entri Populer
-
Cara Menanamkan Adab Bicara pada Anak Menanamkan adab berbicara harus dimulai sedini mungkin, karena berkait dengan kebiasaan. Sebaliknya...
-
“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jeli matanya, seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang ter...
-
Teruntukmu hatiku Kuingin bersuara Merangkai semua tanya imaji yang terlintas Berjalan pada satu Tanya slalu menggangguku Seseorang itu...
-
Sebuah berita gembira datang dari sebuah hadits Rosul bahwa Rosulullah Saw. Bersabda : ”Seluruh dunia ini adalah perhiasan dan perhiasan ...
-
Mampukah Aku Menjadi Wanita Sholeha Semalam aku mendapat sms dari sahabat lama nun jauh di seberang sana subhanallah.. isi sms itu sunggu...
Pengikut
script src="http://www.gmodules.com/ig/ifr?url=http://www.google.com/ig/modules/translatemypage.xml&up_source_language=en&w=160&h=60&title=&border=&output=js">
0 komentar:
Posting Komentar