Archives

0
gerhana mentari putri Minggu, 20 Maret 2011

1
gerhana mentari putri Sabtu, 19 Maret 2011


Sahabat ? teman ? saudara??
0
gerhana mentari putri

“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jeli matanya, seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik.” (Qs. Ash-Shaaffaat [37]: 48-49)

“Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya.” (Qs. Shaad [38]: 52)

“Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.

” (Qs. Ar-Rahmaan [55]: 56) “Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. Ar-Rahmaan [55]: 58) “Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi cantik-cantik.” (Qs. Ar-Rahmaan [55]: 70)

(Bidadari-bidadari) yang jeli, putih bersih, dipingit dalam rumah.” (Qs. Ar-Rahmaan [55]: 72)

Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.” (Qs. Ar-Rahmaan [55]: 74)

Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.” (Qs. Ar-Rahmaan [55]: 76) “mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.” (Qs. Ath-Thuur [52]: 20)

Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik.” (Qs. Al-Waaqi’ah [56]: 22-23) “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (Qs. Al-Waaqi’ah [56]: 35-37)

Gambaran Bidadari dalam Hadits Ath-Thabarany menuturkan, kami diberi tahu Bakr bin Sahl Ad-Dimyaty, kami diberitahu Amru bin Hisyam Al-Biruny, kami diberitahu Sulaiman bin Abu Karimah, dari Hisyam bin Hassan, dari Al-Hassan, dari ibunya, dari Ummu Salamah Radhiallahuanha, dia berkata, “Saya berkata,”Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli”.” Beliau menjawab,”Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilau seperti sayap burung nasar.”

Saya berkata lagi,”Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku tentang firman Allah, “˜Laksana mutiara yang tersimpan baik.”(Al-Waqi’ah: 23) Beliau menjawab,”Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.” Saya berkata lagi,”Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, “˜Di dalam surga-surga ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.” (Ar-Rahmaan: 70) Beliau menjawab,”Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jeli.”

Saya berkata lagi,”Jelaskan padaku firman Allah, “seakan-akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik.” (Ash-Shaaffaat: 49) Beliau menjawab,”Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur.” Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan padaku firman Allah, “˜Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (Al-Waaqi’ah: 37) Beliau menjawab,”Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban.

Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya sebaya.” …………….
0
gerhana mentari putri

Cara Menanamkan Adab Bicara pada Anak

Menanamkan adab berbicara harus dimulai sedini mungkin, karena berkait dengan kebiasaan. Sebaliknya, membiarkan kebiasaan buruk itu ada pada anak-anak akan menjadi sebuah karakter yang sulit diubah. Berikut tips umum untuk menanamkan adab bicara pada anak.

Pertama: tanamkan akidah yang kuat. Akidah yang kokoh akan menanamkan keyakinan bahwa sebagai hamba Allah kita wajib mengikuti semua aturan-Nya. Salah satu aturan tersebut adalah akhlak dalam berbicara (menjaga lisan). Melalui pendekatan ini, akan tertanam sikap keikhlasan melaksanakan akhlak tersebut semata-mata karena Allah SWT. Sedini mungkin anak harus mulai belajar melaksanakan kebaikan dalam berbicara, bukan untuk mengharapkan imbalan materi, atau pujian orang lain. Sikap ini juga akan memberi imunitas yang tinggi manakala ia terancam oleh lingkungan yang kurang baik.

Kedua: ajarkan keteladan Rasulullah saw. dalam berbicara. Beberapa contoh keteladanan Rasul di antaranya: selalu menyatakan kebenaran; tidak berdusta; jujur dalam perkataan; berbicara dengan lemah lembut, apalagi kepada orangtua; tidak banyak bicara, dsb. Semuanya menunjukkan betapa berharganya nilai berbicara itu.

Ketiga: jangan bosan memberi keteladanan. Anak akan meniru kebiasaan berbicara lingkungannya. Oleh karena itu, sebaiknya orangtua dan seluruh penghuni rumah menjaga lisannya. Keteladanan juga akan memberikan lingkungan yang baik bagi anak sehingga anak akan lebih mudah menemukan pola kebiasaan berbicara yang baik.

Keempat: biasakan mengucapkan kalimat thayyibah. Dengan kebiasaan ini, anak tidak punya kesempatan untuk mengatakan kata-kata kotor dan sia-sia. Di antara kalimat thayyibah yang biasa diajarkan, misalnya, kalimat bismillah untuk memulai setiap perbuatan baik, astaghfirullah bila anak melakukan kesalahan, subhanallah bila melihat pemandangan yang bagus, masya Allah jika mendapatkan sesuatu yang menakjubkan, inna lillahi jika mendapatkan musibah dan sebagainya. Membiasakan hal ini kepada anak sekaligus juga untuk menghindari kebiasaan latah yang sia-sia. Tanamkan pula bahwa mengatakan kalimah thayyibah jauh lebih baik dan berpahala dibandingkan kata-kata sumpah serapah seperti gila!, busyet!, monyet!, dasar bodoh!, dsb. Selain kalimat thayyibah, biasakanlah sejak kecil anak mengungkapkan kata-kata sopan dalam berinteraksi; misalnya terimakasih atau jazakallah, maaf, tolong, permisi, dan sejenisnya.

Kelima: jauhkan anak dari lingkungan yang tidak baik. Tidak diterapkanya sistem Islam memang memaksa keluarga Muslim untuk ekstra hati-hati menjaga buah hatinya. Meski di rumah sudah terbentuk kebiasaan berbicara yang baik, di luar rumah belum tentu. Padahal anak-anak secara alami juga membutuhkan ‘dunia luar’ untuk belajar dan bersosialisasi. Oleh karena itu, orangtua, khususnya ibu, harus bisa mengarahkan dengan siapa sebaiknya anak kita bermain. Jauhkan anak dari berteman dekat dengan anak-anak yang punya kebiasaan berbicara yang buruk. Berikanlah penjelasan yang bijak kepada anak sehingga anak tidak protes mengapa harus memilih-milih teman.

Orangtua juga harus selektif memilihkan program tayangan media. Jangan biarkan anak-anak menonton film orang dewasa apalagi beradegan kekerasan dan sering melontarkan kata-kata kasar. Sebaliknya, berikan tontonan edukatif yang merangsang anak melakukan kebiasaan berbicara yang baik. Jika terpaksa si anak kedapatan mendengar kata-kata kotor dari media, maka tugas orangtua adalah menjelaskan hakikat kata-kata kotor tersebut dan mengajaknya untuk menjauhinya.

Keenam: bijak dalam memberi peringatan atau nasihat. Bila anak mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan syariah, maka orangtua berkewajiban menasihatinya. Selayaknya orangtua bersikap bijak dengan menghindari olok-olok saat menasihati. Selain kata-kata itu bisa menjadi doa bagi anak, sebenarnya pada saat itu orangtua tengah mengajarkan jenis perkataan buruk kepada anaknya. Nasihat yang benar seharusnya juga disertai dengan penjelasan dalil syariah, terutama bagi anak yang sudah mulai besar. Ini penting untuk memunculkan sikap bersalah karena sudah melanggar ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Diharapkan anak tidak mengulangi-nya di lain waktu.

Ketujuh: menciptakan lingkungan sekitar rumah yang selalu menjaga lisan. Di antaranya adalah dengan tidak membiarkan anak tetangga yang mempunyai kebiasaan berkata buruk hingga mereka meninggalkan kebiasaannya. Kesalahan yang sering terjadi di masyarakat saat ini adalah menyerahkan pendidikan akhlak anak tetangga kepada ibunya sendiri. Padahal jika keburukan nyata-nyata ada di depan mata, maka amar makruf nahi mungkar kepada anak tetangga tentu menjadi kewajiban kita. Hanya saja, harus dicari metode yang baik agar tidak menyulut konflik antartetangga. Inilah yang dimaksud kontrol sosial yang harus ada untuk menjaga pelaksanaan syariah Islam.



Penutup

Sesungguhnya anak dapat memiliki adab bicara sesuai syariah bila mendapat bimbingan yang mumpuni dari orangtuanya. Meski tidak mudah, semua itu dapat tewujud dengan kesungguhan dan tanggung jawab yang besar dari orangtua.

Selain itu, sebagaimana kita ketahui, buruknya kebiasaan berbicara pada anak tidak lepas dari kesalahan pola asuh orangtua, lingkungan yang tidak islami, juga sistem pendidikan yang kurang menekankan pelaksanaan syariah secara kaffah, termasuk dalam perkara akhlak. Oleh karena itu, upaya penanaman adab berbicara pada anak juga harus dibarengi dengan upaya memperjuangkan syariah dan Khilafah. Dengan demikian, upaya orangtua mengemban amanah pendidikan anaknya akan selangkah lebih mudah. WalLahu a’lam bi ash-shawab. [www.baitijannati.wordpress.com]

Sumber : Majalah Al Waie edisi Maret 2011
0
gerhana mentari putri

Sebuah berita gembira datang dari sebuah hadits Rosul bahwa Rosulullah Saw. Bersabda :

”Seluruh dunia ini adalah perhiasan dan perhiasan terbaik di dunia ini adalah wanita yang sholehah.” (HR. an-Nasa’I dan Ahmad)

Di dalam Islam, peranan seorang istri memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan berumah-tangga dan peranannya yang sangat dibutuhkan menuntutnya untuk memilih kualitas yang baik sehingga bisa menjadi seorang istri yang baik. Pemahamannya, perkataaannya dan kecenderungannya, semua ditujukan untuk mencapai keridho’an Allah Swt., Tuhan semesta Alam. Ketika seorang istri membahagiakan suaminya yang pada akhirnya, hal itu adalah untuk mendapatkan keridho’an dari Allah Swt. sehingga dia (seorang istri) berkeinginan untuk mengupayakannya.

Kualitas seorang istri seharusnya memenuhi sebagaimana yang disenangi oleh pencipta-Nya yang tersurat dalam surat Al-Ahzab. Seorang Wanita Muslimah adalah seorang wanita yang benar (dalam aqidah), sederhana, sabar, setia, menjaga kehormatannya tatkala suami tidak ada di rumah, mempertahankan keutuhan (rumah tangga) dalam waktu susah dan senang serta mengajak untuk senantiasa ada dalam pujian Allah Swt.

flower

Ketika seorang Wanita Muslimah menikah (menjadi seorang istri) maka dia harus mengerti bahwa dia memiliki peranan yang khusus dan pertanggungjawaban dalam Islam kepada pencipta-Nya, Allah Swt. menjadikan wanita berbeda dengan pria sebagaimana yang disebutkan dalam ayat Al-Qur’an:

”Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian yang lain. (karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Segala Sesuatu.” (QS. An Nisaa’ , 4:32)

Kita dapat melihat dari ayat ini bahwa Allah Swt. membuat perbedaan yang jelas antara peranan laki-laki dan wanita dan tidak diperbolehkan bagi laki-laki atau wanita untuk menanyakan ketentuan peranan yang telah Allah berikan sebagaimana firman Allah:

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (QS. Al Ahzab, 33:36)

Karenanya, seorang istri akan membenarkan Rasulullah dan akan membantu suaminya untuk menyesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah (hukum Islam) dan memastikan suaminya untuk kembali melaksanakan kewajiban-kewajibannya, begitupun dengan kedudukan suami, dia juga harus memenuhi kewajiban terhadap istrinya.

Diantara hak-hak lainnya, seorang istri memiliki hak untuk Nafaqah (diberi nafkah) yang berupa makanan, pakaian dan tempat untuk berlindung yang didapatkan dari suaminya. Dia (suami) berkewajiban membelanjakan hartanya untuk itu walaupun jika istri memiliki harta sendiri untuk memenuhinya. Rasulullah Saw. Bersabda :

”Istrimu memiliki hak atas kamu bahwa kamu mencukupi mereka dengan makanan, pakaian dan tempat berlindung dengan cara yang baik.” (HR. Muslim)

Ini adalah penting untuk dicatat bahwa ketika seorang istri menunaikan kewajiban terhadap suaminya, dia (istri) telah melakukan kepatuhan terhadap pencipta-Nya, karenanya dia (istri yang telah menunaikan kewajibannya) mendapatkan pahala dari Tuhan-Nya. Rasulullah Saw. mencintai istri-istrinya karena kesholehan mereka.

Aisyah Ra. suatu kali meriwayatkan tentang kebaikan kualitas Zainab Ra., istri ketujuh dari Rosulullah Saw.,
”Zainab adalah seseorang yang kedudukannya hampir sama kedudukannya denganku dalam pandangan Rasulullah, dan aku belum pernah melihat seorang wanita yang lebih terdepan kesholehannya daripada Zainab Ra., lebih dalam kebaikannya, lebih dalam kebenarannya, lebih dalam pertalian darahnya, lebih dalam kedermawanannya dan pengorbanannya dalam hidup serta mempunyai hati yang lebih lembut, itulah yang menyebabkan ia lebih dekat kepada Allah”.

Seperti kebesaran Wanita-wanita Muslimah yang telah dicontohkan kepada kita, patut kiranya bagi kita untuk mencontohnya dengan cara mempelajari kesuciannya, kekuatan dari karakternya, kebaikan imannya dan kebijaksanaan mereka. Usaha untuk mencontoh Ummul Mukminin yang telah dijanjikan surga (oleh Allah) dapat menunjuki kita kepada karunia surga.

Abu Nu’aim meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda :

“Ketika seorang wanita menunaikan sholat 5 waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mematuhi suaminya, maka dia akan masuk surga dengan beberapa pintu yang dia inginkan.” (HR. Al Bukhari, Al Muwatta’ dan Musnad Imam Ahmad)

Wahai Muslimah yang tulus, perhatikan bagaimana Nabi Saw. menjadikan sikap ta’at kepada suami sebagai dari bagian amal perbuatan yang dapat mewajibkan masuk surga, seperti shalat, puasa; karena itu bersungguh-sungguhlah dalam mematuhinya dan jauhilah sikap durhaka kepadanya, karena di dalam kedurhakan kepada suami terdapat murka Allah Swt.

Wallahu a’lam bish showab..

Posted by Tim Dakwah www.TheJihads.com
0
gerhana mentari putri
Mampukah Aku Menjadi Wanita Sholeha

Semalam aku mendapat sms dari sahabat lama nun jauh di seberang sana
subhanallah.. isi sms itu sungguh membuat aku malu dan terharu sekaligus termotivasi
"Hari yang diberkahi, Semoga Alloh menjadikan sahabatku MUJAHIDAH TANGGUH, Secerdas Aisyah, Sesabar Fatimah, Setegar Ummu Sulaim, Selembut Khadijah, Seberani Shafiyah. Wish Alloh Always with u My Dear"
subhanallah.. sms itu mengingatkan ku kembali kepada sosok wanita-wanita sholeha tersebut, terbayang dipelupuk mataku bagaimana cerdasnya Ibunda Aisyah, bagaimana sabarnya Fatimah dalam menghadapi kehidupannya yang sangat sederhana, bagaimana Tegarnya Ummu Sulaim menghadapi suaminya, bagaimana Lembutnya Ibunda Khadijah ketika menenangkan Baginda Rasulullah saat beliau ketakutan dalam menerima wahyu, bagaimana Beraninya Ibunda shafiyah....

subhanallah....., aku? pantaskah aku mendapat julukan wanita sholeha????
cerdas?Tegar?Lembut?Berani? sudahkah sifat-sifat mulia itu melekat dalam diriku???
Ya Rabb, jika sifat-sifat itu belum ada dalam diriku, Izinkan aku , beri aku kemampuan tuk dapat memiliki sifat-sifat itu Ya Rabb.

Aku ingin menjadi wanita yang cerdas, walau mungkin aku tak kan pernah sanggup menyamai Ibunda Aisyah
Aku ingin menjadi wanita yang Sabar seperti Fatimah Az-Zahra, sabar dalam setiap keadaan
Aku ingin menjadi wanita yang Tegar seperti Ummu Sulaim, TEgar dalam menghadapi segala cobaan hidup
Aku ingin menjadi wanita yang Lembut, walau aku sadar tak kan sanggup aku menjadi selembut Ibunda Khadijah
Aku ingin menjadi wanita yang berani seperti Ibunda Shafiyah, berani mengatakan yang benar itu adalah benar dan yang bathil itu bathil.
Ya Rabb, bimbing aku, hingga ku dapat menjadi wanita sholeha penghias dunia penghuni Syurga Aamiin.

1 Tahun lalu ada seorang sahabat yang mengirimkan puisi dibawah ini untuk ku....

"MAMPUKAH AKU MENJADI WANITA SHOLEHA"

The beauty of a woman is not in the clothes she wears, the figure that she carries,or the way she combs her hair.
The beauty of a woman must be seen in her eyes,because that is the doorway to her heart, the place where love resides.
The beauty of a woman is not in a facial mole,
But true beauty in a woman is reflected in her soul.
It is the caring that she lovingly gives, the passion that she shows and the beauty of a woman.
With passing years-only grows!

Mampukah aku menjadi seperti Siti Khadijah?
Agung cintanya pada Allah dan Rasulullah
Hartanya diperjuangkan ke jalan fisabilillah
Penawar hati kekasih Allah
Susah dan senang rela bersama...

Dapatkah ku didik jiwa seperti Siti Aishah?
Isteri Rasulullah yang bijak
Pendorong kesusahan dan penderitaan
Tiada sukar untuk dilaksanakan...

Mengalir air mataku
Melihat pegorbanan puteri solehah Siti Fatimah
Akur dalam setiap perintah
Taat dengan ayahnya, yang sentiasa berjuang
Tiada memiliki harta dunia
Layaklah dia sebagai wanita penghulu syurga...

Ketika aku marah
Inginku intip serpihan sabar
Dari catatan hidup Siti Sarah....

Tabah jiwaku
Setabah umi Nabi Ismail
Mengendong bayinya yang masih merah
Mencari air penghilang dahaga
Diterik padang pasir merak
Ditinggalkan suami akur tanpa bantah
Pengharapannya hanya pada Allah
Itulah wanita Siti Hajar....
Mampukah aku menjadi wanita solehah?
Mati dalam keunggulan iman
Bersinar indah, harum tersebar
Bagai wanginya pusara Masyitah....

NB: semoga kita semua (para akhwat) dapat terus berusaha tuk menjadi wanita sholeha, sebagaimana yang disebutkan bahwa "sebaik-baik perhiasan dunia adalah Wanita yang Sholeha".
0

tentang seseorang

gerhana mentari putri Sabtu, 05 Maret 2011
Teruntukmu hatiku
Kuingin bersuara
Merangkai semua tanya imaji yang terlintas
Berjalan pada satu
Tanya slalu menggangguku
Seseorang itukah dirimu kasih
Kepada yang tercinta inginnya kumengeluh
Semua resah didiri mencari jawab pasti
Akankah seseorang
Yang ku impikan kan hadir
Raut halus menyelimuti jantungku
Cinta hanyalah cinta
Hidup dan mati untukmu
Mungkinkah semua tanya
Kau yang jawab
Dan tentang seseorang
Itu pula dirimu
Ku bersumpah akan mencinta
 
Copyright 2010 gerhana mentari putri